Chris Larsen, Ketua Eksekutif Ripple, Berpendapat Bahwa China Dapat Me-Reverse Transaksi Bitcoin

bitcoin transaction

bitcoin transaction

Chris Larsen, Pendiri dan Ketua Eksekutif Ripple menulis di ‘The Hill’, majalah berita populer di D.C yang audiens nya kebanyakan merupakan anggota parlemen dan pembuat kebijakan di Washington D.C. Topik yang ditulis sendiri berjudul ‘Perang dingin di dunia teknologi sudah tiba dan pemenangnya bukanlah AS’. Kantor pusat Ripple sendiri berada di area San Fransisco dan baru-baru ini Larsen baru saja memberikan donasi yang sangat besar dalam konsernya dengan Ripple untuk membantu pandemi Covid-19.

Larsen menjabarkan bahwa fokus pada 5G dan AI tidak seharusnya mengalihkan fokus kita dari ancaman China berupa mata uang digital dan teknologi blockchain. Menurut Larsen, pemerintah China sudah melakukan subsidi energi dalam jumlah besar sebanyak yang dibutuhkan oleh para miner cryptocurrency. Larsen juga menambahkan bahwa setidaknya 65% dari mining cryptocurrency berfokus di China yang berarti bahwa pemerintah China memiliki hak mayoritas yang diperlukan untuk memegang kendali atas protokol tersebut dan secara efektif dan memblokir atau membalikkan transaksi. Larsen mengutip sebuah artikel yang menyatakan bahwa China memiliki lebih dari 65% dari hashrate bitcoin global meskipun University of Cambridge Centre for Alternative Finance (CCAF) yang membuat laporan tersebut menyatakan bahwa keseluruhan hashrate dalam studi tersebut “mungkin tidak sepenuhnya bersifat representatif”.

CCAF juga menambahkan komentar atas laporan mereka bahwa studi tersebut “hanya mewakili sedikit lebih dari sepertiga dari total hashrate” dan semua data disediakan oleh mining pools bitcoin yang berpusat di China. CCAF juga berharap dapat memberikan laporan yang lebih mendalam di masa mendatang seperti data tambahan dari wilayah mining utama seperti Siberia di Rusia, Washington, New York, Quebec dan Alberta.

Baca juga : Strategi blockchain China

Namun, Larsen berpendapat dalam artikelnya bahwa bahaya tetap mengintai jika China mengambil alih protokol Bitcoin. Larsen menambahkan bahwa tidak sulit baginya untuk membayangkan masa depan distopia dimana pertahanan pembayaran AS kepada sekutu dapat diblokir atau dibatalkan. Larsen juga menambahkan bahwa para regulator AS seharusnya pindah ke Sillicon Valley karena Sillicon Valley dapat dikatakan merupakan area ‘pembangkit tenaga listrik’ untuk peraturan AS dan teknologi blockchain di AS juga seharusnya dipermudah. Meskipun Larsen tidak menjelaskan yang mana, Larsen menjelaskan bahwa regulator hanya menyetujui 2 protokol blockchain.

Pada akhirnya, Larsen berargumen bahwa perang dingin teknologi dengan China ini harus dianggap serius oleh dan berfokus pada teknologi blockchain yang akan digunakan oleh perusahaan AS merupakan respon yang tepat. Tampaknya, sudut pandang Larsen akan diperkuat dengan riset yang lebih luas mengenai hash rate Bitcoin agar para pembuat kebijakan dapat lebih memahami ancaman dari China ini.

 

Informasi blockchain lainnya :

Memahami Disrupsi Dari Decentralized Finance (DeFi)

 

Manfaat Teknologi Blockchain Untuk Mengurangi “Kontrol Data Sebagai Liability”