Yang Perlu Diketahui Brand Jika Jual/Beli NFT dengan Kripto

Saat ini mulai banyak brand yang melakukan engagement dengan audiencenya melalui NFT. Mirip dengan era awal sosial media banyak diterima masyarakat di awal dekade lalu (2010) di mana brand mulai masuk ke media sosial pelan-pelan dan semakin ke sini, tentu saja masuk ke sosial media menjadi kewajiban, bahkan kewajiban paling awal saat sebuah brand mulai muncul.

Era blockchain, kini juga mirip-mirip dengan era awal media sosial, brand-brand mulai belajar pertama kali masuk ke NFT dan metaverse untuk melakukan engagement dengan customernya.

Baca juga : Peraturan / Regulasi NFT dan Blockchain di Indonesia

Salah satu hal yang tidak banyak diketahui oleh brand saat ingin hendak masuk ke NFT adalah terkait dengan NFT yang dibeli dengan cryptocurrency.

Ada beberapa brand di Indonesia yang mulai menjual NFT yang harus dibeli dengan crypto. Bisa juga dengan rupiah, namun dikonversi dulu ke cryptocurrency. Hal ini menimbulkan risiko bagi customer brand yang kemungkinan besar, kurang paham tentang NFT dan kripto.

 

2 Risiko Harga yang Dihadapi Customer dari Brand terkait NFT

Di saat brand menjual NFT yang bersifat decentralized, flownya adalah seperti ini :

Saat user/customer membeli atau minting NFT dari brand :

Beli kripto dengan IDR → Terima Kripto → Transfer Kripto ke decentralized wallet → Beli NFT di NFT marketplace (atau di minting di website dari brand)

Saat user/customer menjual NFT di secondary market :

Jual NFT di NFT marketplace → Terima kripto di decentralized wallet → Transfer kripto di crypto exchange → Jual kripto, terima IDR

 

Jika Anda perhatikan, saat user atau customer dari brand melakukan proses membeli NFT, ada 2 kali kata “Beli” di flow tersebut. dan 2 kali kata “Jual” di flow tersebut saat user menjual NFT dari brand.

 

Yang berarti customer dan brand jika melaunch NFT di decentralized (beli dan jual dengan kripto), akan menghadapi 2 risiko harga : Crypto price dan NFT price

 

1. Risiko (dan Reward) Volatilitas Harga Crypto

Risiko pertama yang dihadapi oleh customer brand adalah risiko volatilitas harga crypto (yang digunakan untuk membeli NFT)

Berikut ini contoh flownya :

Beli kripto (1 ABC Rp. 2 juta, Maret 2022) dengan IDR → Terima Kripto → Transfer Kripto ke decentralized wallet → Beli NFT di NFT marketplace

Jual NFT di NFT marketplace → Terima kripto di decentralized wallet → Transfer kripto di crypto exchange → Jual kripto (1 ABC 150,000, November 2022), terima IDR

 

Bisa dilihat dari flow di atas, saat customer beli NFT (dengan kripto), harga kriptonya adalah 2 juta, lalu sebelum customer dari brand menjual NFTnya, tiba-tiba terjadi bear market crypto, misalnya kasus Terra di Mei 2022, atau FTX di November 2022, sehingga pada saat customer menjual NFTnya, dan ingin mendapatkan rupiah, harga kriptonya ternyata turun 90% menjadi Rp. 150 ribu.

Berarti saat customer dari brand ini menjual NFTnya, ia akan mengalami kerugian. Namun, tentu saja ini berlaku sebaliknya, yang artinya jika harga kripto naik, maka customer mendapatkan keuntungan.

2. Risiko dan reward dari volatilitas harga NFT

Risiko ke dua yang dihadapi oleh customer brand adalah volatilitas harga NFT. Flownya adalah sebagai berikut.

Saat customer dari brand membeli NFT :

Beli kripto dengan IDR → Terima Kripto → Transfer Kripto ke decentralized wallet → Beli NFT di NFT marketplace (mis. Rp. 2 juta di Agustus 2022)

Di tengah jalan, brandnya tiba2 ingkar janji, mis. Akun IG menghilang, website hilang, atau, brand baik-baik saja, tapi industri kripto mengalami bear market sehingga holder rebutan exit/jual NFTnya dan antusiasme terhadap publik berkurang di NFT karena harga kripto berjatuhan.

Saat customer dari brand menjual NFT :

Jual NFT di NFT marketplace (Rp. 300 ribu di Desember 2022) → Terima kripto di decentralized wallet → Transfer kripto di crypto exchange → Jual kripto, terima IDR

Yang berarti, customer dari brand membeli NFT di harga 2 juta, namun saat menjual hanya di harga Rp. 300 ribu.

Bagaimana jika 2 Risiko Tsb Terjadi ?

Kalau kena ke 2 risiko tsb ? Ya, hampir semua holder NFT kena karena bear market April/Mei 2022.

  1. Beli NFT 100 juta, hilang 90% karena nilai NFT jatuh 90%, sisa 10 juta saat jual NFT, dapat kripto
  2. Sewaktu jual kripto ke IDR, harga kriptonya sudah turun 90%, sisa 1 juta

Persis seperti kata tweet ini :

Brand NFT

 

Sebaliknya, kalau Anda beruntung, atau pintar menentukan timing (sering cicil di bear market)

  1. Beli NFT 100 juta, Nilai NFT naik 5x lipat, dana Anda jadi 500 juta
  2. Sewaktu jual kripto ke IDR, harga kripto naik x3, dana Anda jadi 1,5 miliar  

 

Jadi, jika Anda sebuah brand dan ingin membuat NFT yang untuk masuk dan keluar harus dengan cryptocurrency. Pastikan Anda mengedukasi dulu customer Anda, bahwa jika mereka membeli NFT Anda, berarti customer Anda meng-hold crypto dan menghadapi 2 risiko seperti yang disebutkan di atas.

Alternatif lainnya adalah brand Anda bisa ngobrol dengan Kolektibel.com yang tidak menggunakan NFT berbasis kripto.